TANGSEL - Harga bahan bakar minyak (BBM) kini melangit, usai diumumkan secara resmi oleh pemerintah sejak 3 September lalu.
Kenaikan BBM ini disebabkan karena subsidi yang telah disediakan pemerintah, dinikmati orang-orang yang tergolong mampu sehingga menyebabkan anggaran subsidi dan kompensasi BBM 2022 telah meningkat sebanyak 3 kali lipat.
Kenaikan BBM tersebut berimbas pada pemasukan para sopir angkot. Mereka harus membayar lebih mahal untuk BBM dan mengurangi pendapatan harian yang didapat.
Kondisi serba sulit ini salah satunya dirasakan oleh Sumarno (64), seorang sopir angkot yang melayani rute BSD - Parung.
“Sehari yang udah ya, yang belum naik itu 70 ribu, kalo sekarang 100 lebih pertalite, kalo masalah penghasilan sih tergantung sewa, kalo lagi rame ya lumayan, kalo lagi sepi ya mau apa, ” kata Sumarno saat diwawancara, Senin (5/9/2022).
Tarif penumpang pun mengalami perubahan semenjak kenaikan BBM, meskipun hanya menambah sekitar Rp2.000.
“Yang dekat-dekat biasanya Rp5 ribu, umpamanya dari sini (Rawa Buntu) ke Viktor, kalo sekarang mah tambahin soalnya bensin naik kata saya gitu, penuh kebijaksanaan lah, ada yang mau, ada yang ga, ada yang katanya ga ada duit lagi yaudah silahkan, ” ucapnya.
Meski begitu, tak sedikit penumpang yang menerima kenaikan tarif angkutan umum tersebut. Seringkali Sumarsono berdebat dengan penumpang terkait masalah kenaikan tarif ini.
“Tapi ya namanya kita jalur kan jalur kampung, orang kampung kan kadang-kadang banyak yang ga ngerti, kalo jalur kota semua kan ngerti, kadang-kadang ada yang bilang ‘deket bener’, ya iya deket bener, kalo deket mah jalan kaki aja, ” jelasnya.
“Tadi ada yang ngotot juga biasanya 5000, saya jelasin ‘Pak, BBM sekarang Rp10.000, bayarnya tambahin, ya kalo ada, kalo ga ada ya gausah, saya ga maksa, ” tambahnya.
Sementara itu, seorang penumpang, Disha (20), mengatakan bahwa kenaikan BBM berdampak pada jumlah uang yang harus ia keluarkan dan harus menunggu angkutan umum lebih lama dari pada biasanya.
“Bisa dilihat langsung itu dari tarifnya ya, ada peningkatan walaupun ga signifikan, tapi dia ada perubahan, biasanya range Rp3.000 sampai Rp8.000 sekarang bisa Rp4.000 sampai Rp10.000, sekarang supir itu juga harus nyari penumpang lebih banyak, jadi kadang dia ngetem lebih lama, ” kata Disha.
Terlepas dari kenaikan BBM dan tarif angkutan umum, ia menilai bahwa angkutan umum ini masih tergolong murah jika dibandingkan dengan jenis transportasi lainnya.
“Mungkin karena untuk jarak deket angkot itu bisa dibilang praktis ya selalu ada di mana-mana, angkot tuh pasti ada, dan dia masih lebih murah sih dibanding ojek, ” jelasnya. (Red)